HABIB JA'FAR DAN DOKTRIN CINTA KAUM ABANGAN

Hasyim bin Utsman Al Jufri

Pengaruh nama Habib Ja'far bin Utsman Al Jufri selaku Khodimul Majelis Ja'far Mania Community ( JMC ) setiap hari semakin berkembang. Bahkan majelis yang baru dirintis hampir 3 tahun berjalan berdampak positif bagi pola kehidupan tatanan masyarakat. Bahkan Wakil Gubernur Jawa timur memberi apresiasi dan dukungan yang penuh terhadap kegiatan majelis yang membawa dampak positif bagi masyarakat.

Ketika beliau ditanya tentang metode keberhasilan dalam berdakwah yang mana dapat merangkul segenap lapisan masyarakat, maka habib muda ini hanya dapat menjawab singkat bahwa Islam itu merangkul bukan memukul. hal ini selaras dengan misi Rasulullah diutus dipermukaan bumi ini sebagai Rahmat bagi seluruh sekalian alam, wama arsalnaka Illa rahmatan lil alamien. 

Konsep Rahmatan Lil Al-Amin inilah yang diejawantahkan oleh habib Ja'far disetiap majelis yang beliau asuh. Latar belakang majelis Ja'far Mania ini mulai dari kalangan pemuda sampai orang tua ikut antusias dan larut dalam majelis mulia ini. Mereka datang berduyun duyun untuk memperoleh berkah dari majelis yang mulia ini

Mereka yang hadir juga dari beranekaragam pengalaman masa lalu yang jauh dari Allah SWT. dan Rasulullah SAW, maka setelah mengikuti majelis mulia ini mereka bertobat, berniat membersihkan hati untuk menuju Ridho Ilahi. Maka dalam setiap majelis beliau menyenandungkan syarir tentang berawal niat taubat kepada Allah dan bersatulah kami menjadi saudara, inilah menggugah kesadaran akan urgensi dalam menjalankannya perintah perintah Allah dan Rasulullah SAW.
Berkat kesabaran dan kegigihannya dalam berdakwah maka banyak berbagai kalangan masyarakat terutama wilayah Malang Timur , Blitar raya, Tulungagung, Kediri serta berbagai daerah dilingkup Jawa Timur aktif mengikuti kegiatan Majelis beliau yang mulia. Maka tidak mudah mengubah sebuah tatanan masyarakat yang dahulunya abangan dimana tidak tahu dan kenal kepada Nabi, berkat Majelis Sholawat mereka menjadi kenal terhadap Nabi.

Rasulullah SAW ketika datang ke kota Makkah bukan risalah yang beliau sampaikan melainkan untuk memperbaiki moralitas terlebih dahulu ditengah tengah masyarakat Arab kala itu tidak memiliki Budi pekerti. Berkat kesabaran nabi melalui pendekatan Akhlaq yang mulia maka Islam menjadi berkembang. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW, "sesungguhnya aku diutus ditengah tengah kalian untuk menyempurnakan Budi pekerti yang mulia".

Sosok Habib Ja'far bila kita analisa juga mengikuti jejak Nabi SAW. Ketika awal mula merintis majelis, beliau mendekati tokoh tokoh yang disegani dan ditakuti oleh masyarakat setempat. Dengan pendekatan dakwah dialogis inilah beliau berhasil merangkul masyarakat melalui peran tokoh tersebut. Suatu ketika penulis duduk bersama beliau, lalu beliau berkata pada saya" Islam itu bukan memukul akan tetapi merangkul"

Kita tentu mengetahui bahwa masyarakat itu heterogen. Dan masing masing individu memiliki karakter yang berbeda. Bilamana ada satu individu abangan yang sadar akan urgensi menjalankannya syariat agama, maka sipendakwah itu dikatakan berhasil dalam berdakwah. Lalu bagaimana jika yang sadar itu mencapai puluhan ribu seperti binaan habib Ja'far. Wajar saja bila ada yang hasud dan iri karena iri itu tanda tak mampu. 

Dalam sebuah thesis bertajuk "The Religion of Java" cliford Geertz ilmuwan dan antropologi membagi masyarakat Islam menjadi tiga bagian yakni pertama, Islam santri. Kedua, Islam abangan. Ketiga, Islam priyayi. Terus terang yang di garap oleh habib Ja'far bilamana mengacu pada thesis yang diungkapkan oleh Geertz adalah islam abangan, akan tetapi meskipun begitu beliau berhasil mengantarkan mereka kenal dan cinta Nabi SAW.
Penulis adalah alumni sosiologi Fisipol Universitas Muhammadiyah Malang dan pecinta majelis Ja'far Mania COMMUNITY (JMC)


1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.