Featured

conto

19.19

SEJARAH HARI SANTRI NASIONAL

12.17
SEJARAH YANG HAMPIR KITA LUPAKAN.


PENGAJIAN HARI SANTRI NASIONAL* 

_*RESOLUSI JIHAD*_
*(sejarah yang di terlupakan atau SENGAJA di lupakan?)*

Indonesia merdeka tanggal 17 agustus 1945, namun belum genap 1 bulan usia kemerdekaan, Indonesia langsung mendapat ujian yg berat. Tentara sekutu yang membonceng tentara Belanda mendarat di jakarta dan kota-kota besar lainya di Indonesia.

Bung Karno dan Bung Hatta berupaya melakukan upaya DIPLOMATIK untuk mendorong tentara sekutu bekerja profesional hanya mengurus tahanan saja dan tidak mengutak ngatik _Status kemerdekaan Indonesia,_ namun upaya itu tidak membuahkan hasil.
Bung Karno galau saat itu, beliau menganalisa bila sampai terjadi peperangan secara Sistematis, Indonesia pasti tidak akan bisa mengalahkan tentara sekutu, karena persenjataan mereka jauh lebih lengkap dan keahlian militernya lebih memadai. 

Atas saran dari *Panglima Besar Jenderal SUDIRMAN,* Bung Karno di minta untuk mengirim utusan Khusus kepada *Roisul akbar Nadhatul 'Ulama* (Ketua Umum NU) yaitu *Hadrotus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari* di Pondok Pesantren _Tebu ireng Jombang._
TUJUANYA untuk meminta FATWA kepada Kyai Hasyim tentang bagaimana Hukumnya BERJIHAD membela negara yang notabene bukan negara islam seperti Indonesia.
Kyai Hasyim lantas memanggil 
K.H. Wahab Hasbullah dari Tambak Beras Jombang. Kyai Wahab di minta untuk mengumpulkan para Ketua NU se Jawa-Madura untuk membahas persoalan ini, bukan hanya itu saja, mbah Kyai Hasyim juga meminta kepada para Kyai-Kyai Khos (utama) NU, untuk melakukan Sholat istiqoroh, salah satunya adalah mbah Kyai Abbas dari Pon-Pes Buntet Cirebon Jawa Barat.

22 oktober 1945 seluruh Delegasi NU Sejawa & Madura telah berkumpul di Kantor Pusat Ansor di Jl. Pungutan surabaya. 
Kyai Hasyim langsung memimpin pertemuan tersebut dan kemudian di lanjutkan oleh Kyai Wahab. Setelah berdiskusi yang cukup panjang dan mendengarkan hasil istikhoroh para kiyai utama NU, pada esok siangnya tanggal 22 oktober 1945 pertemuan menghasilkan 3 rumusan penting yang kemudian di kenal dengan istilah RESOLUSI JIHAD NU

Isinya :
*Pertama  
_*SETIAP MUSLIM , TUA, MUDA DAN MISKIN SEKALIPUN WAJIB MEMERANGI ORANG KAFIR YANG MERINTANGI KEMERDEKAAN INDONESIA.*_ 
*Ke-dua  
_*PEJUANG YANG MATI DALAM PERANG KEMERDEKAAN LAYAK DIANGGAP SYUHADA' (mati syahid)*_
*Ke-tiga  
_*WARGA YANG MEMIHAK KEPADA BELANDA DIANGAP MEMECAH BELAH KESATUAN DAN PERSATUAN OLEH KARENA ITU HARUS DI HUKUM MATI.*_

Dokumen Resolusi JIHAD di tulis dalam huruf ARAB-JAWA atau di sebut *huruf PEGON,* yang di tandatangi oleh K.H Hasyim Asy'ari, lalu di sebarluaskan keseluruh jaringan pesantren, tak terkecuali kepada para Komandan LASKAR HIZBULLAH & SABILILLAH di seluruh penjuru Jawa dan Madura. 
Dokument Resolusi Jihad juga di muat dalam sejumlah media masa pergerakan pada masa itu, hanya berselang 3 hari pasca RESOLUSI JIHAD di cetuskan, 6.000 tentara sekutu mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan persenjataan lengkap.
Mendengar kedatangan pasukan PENJAJAH, RIBUAN SANTRI, MUJAHIDIN & PARA KIYAI Sejawa Timur bergerak menuju SURABAYA dan situasi pun terus memanas dan cenderung tidak terkendali.
RESOLUSI JIHAD NU telah memompa semangat PERALAWANAN RAKYAT dan MEMICU TERJADINYA PERTEMPURAN HEBAT selama 3 hari 3 malam di Surabaya, tanggal 27 sampai tanggal 29 oktober 1945. Tentara Inggris KEWALAHAN menghadapi perlawanan RAKYAT JAWA TIMUR.

Inggris lantas mendatangkan SOEKARNO ke Surabaya untuk di ajak berunding melakukan gencatan senjata. Pagi hari tanggal 30 oktober gencatan senjata di tandatangani pemerintah INDONESIA dan INGGRIS, namun pada sore harinya terjadi insiden di *jembatan merah* yang menewaskan orang no.1 tentara inggris di surabaya yaitu JENDRAL MALLABI, gencatan senjatapun langsung berakhir.
Pengganti Jenderal Mallabi yaitu Jendral ROBERT MANSION mengultimatum laskar pejuang dan tentara Indonesia agar menyerahkan senjata kepada inggris paling lambat 10 november 1945, jika TIDAK inggris mengancam akan membumi hanguskan SURABAYA dan MEMBOMBARDIR Surabaya dari 3 arah sekaligus LAUT, DARAT dan UDARA.

Mendengar ancaman itu, para komandan LASKAR HIZBULLOH, SABILILLAH, MUJAHIDIN, TKR dan PARA SANTRI marah besar.
seorang pemuda bernama Soetomo atau yang lebih akrab di panggil BUNG TOMO, sowan kepada Kiyai Hasyim, meminta izin untuk menyebarluaskan­ RESOLUSI JIHAD MELALUI RADIO. Pada Pidato Bung Tomo. 

K.H. ahmad Muchid Muzadi (Pemuda Anshor 1945 dari Jember Jawa Timur) Mengatakan : *" Hai.. Tentara inggris, ayo kita berperang, kita ini tidak takut, kalau mati kita syahid, kalau hidup kita akan menjadi bangsa yang merdeka ".* 

Ustadz Muhammad Yahya Waloni (Pendeta yang Muallaf) dari Manado Sulawesi. Mengatakan :
*" Indonesia itu merdeka bukan dengan teriakan _Haleluya_ akan tetapi dengan Teriakan dan Pekikan Takbir.. Allohu Akbar.. Allohu Akbar.. Allohu Akbar.. "* 
Pasukan terdepan yang bertempur di Surabaya adalah : 
(1). *Laskar Hizbullah* yang di pimpin oleh K.H. Zainal Arifin, dari Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Wafat di Jakarta. 
(2). *Laskar Sabilillah* yang di pimpin oleh K.H. Masykur, dari Pon-Pes Mishbahul Wathon (Pelita Tanah Air) Singosari Malang Jawa Timur.
(3). *Barisan Mujahidin Indonesia* yang di pimpin oleh 
K.H. Wahab Hasbullah Pon-Pes Tambak beras Jombang Jawa Timur. 
(4). PETA Sebagian besar Batalionnya di pimpin oleh Para Kyai NU. 
(5). Tentara Keamanan Rakyat (TKR). 
Resolusi Jihad NU (Sejarah yang terlupakan) Cukup di sayangkan, karena Resolusi Jihad NU 22 Oktober 1945 *Tidak tercatat dalam Sejarah Resmi Indonesia.* Ada upaya untuk menghilangkan jejak peran *para Santri dan Kyai* dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal itu di duga terkait dengan kebijakan Rasionalisasi, Nasionalisasi dan Modernisasi TKR, yang mengakibatkan para *Milisi terdepak* dari TKR. Walau sedikit kecewa pada pemerintah saat itu, tapi para pejuang NU tetap sadar bahwa mereka berjuang bukan untuk pemerintah, tapi membela negara dan tanah air, mereka tetap setia dengan Resolusi Jihad dan tetap selalu menjaga serta membela NKRI. 
Mereka tidak pernah berfikir untuk melawan pada pemerintah yang sah, apalagi memberontak dan KUDETA. Bahkan mereka berperang lagi menghadapi Agresi Militer Belanda tahun 1947-1948. 
Semoga yang gugur membela NKRI menjadi Syuhadak.. 
Aamiin...

*Selamat HARI SANTRI NASIONAL*

Toleransi Yang Dimanipulasi

12.34
Toleransi Yang Dimanipulasi
Oleh: Ali Abdurrahman Assegaf*
Dalam beberapa hari ini tersebar berita di media tentang tokoh yang berpidato di hadapan masyarakat dan menghina Alquran, lalu umat Islam marah dengan apa yang diucapkan oleh tokoh ini, kenapa? Karena kitab suci mereka dihina. Sang Gubernur itu berkata "dibohongin pake surat Al Maidah ayat 51 macem-macem gitu".
Namun alhamdulillah ghirah muslim Indonesia masih kuat, lalu keluar Fatwa MUI mengatakan yang disampaikan Sang Gubernur DKI adalah menghinakan Alquran. Mulailah mereka mengadakan demo di mana-mana, sampai beberapa kota mengadakan demo untuk memenjarakan sang penista agama.
Lalu setelah demo berlangsung dan dihadiri ribuan umat muslim, mulailah kelompok liberal bermunculan, mereka berkata "Rasulullah itu pemaaf, dicaci dihina, tapi tidak pernah membalas, selalu memaafkan, apa tidak pernah dengar cerita Nabi Muhammad dilempari batu ketika berdakwah di Thoif? Apa nabi membalas? Tidak! Apa kalian menganggap diri kalian lebih suci dari nabi?!"
Dari sini dimulai pemelintiran dalil. Pertama, saya mengingatkan, cerita di Thoif itu, yang dihina adalah Nabi, bukan agama. Di dalam Maulid Diba'i dikatakan
ويعفو عن الذنب إذا كان في حقه و سببه، و إذا ضيع حق الله لم يقم احد لغضبه"
Artinya " Nabi Muhammad memaafkan kesalahan kalau bersangkutan dengan hak Beliau, tapi apabila agama Allah dinistakan, maka tak seorangpun yang bisa menahannya".
Dan di dalam kitab Fiqh Siroh yang ditulis oleh Syekh DR. Muhammad Sa'id Ramdan Al-Buthi diceritakan, Nabi mengirim Abdullah Bin Hudzafah ke Raja Persia untuk mengajaknya masuk Islam dengan membawa surat dari Nabi Muhammad SAW. Namun saat surat itu diberikan kepada kerajaan Persia dan dibacakan kepadanya, surat tersebut diambil lalu disobek-sobek. Ketika kabar itu sampai kepada Nabi Muhammad, Nabi berkata مزق الله ملكه yang artinya "Semoga Allah menyobek-nyobek kerajaannya" [Fiqih Sirah : 277].

Perkataan Nabi tersebut tidak mengungkapkan perkataan maaf. Justru sebaliknya, itu merupakan kemarahan besar yang tidak mungkin dibendung; karena hak Allah sudah diinjak oleh Raja Persia. Sehingga, Nabi mengutuknya dengan doa yang terkenal, yaitu " Mazzaqallah ".
Nah, jadi kisah kesabaran Nabi ketika di Thoif itu tidak bisa dijadikan dalil dalam kejadian penghinaan Al-Quran, tentu karena perbedaan sebab.
Lalu perbuatan sang gubernur itu adalah penistaan agama, Allah berfirman di dalam Al-Quran Surat At-Tahrim ayat 9, yang artinya " Wahai Nabi lawanlah para kafir dan kaum munafik dan tegaslah kepada mereka". Ayat ini memerintahkan kita agar bersikap tegas untuk melawan kaum kafir, dan ayat ini juga menjadi satu bab pembahasan khusus di Kitab Shohih Bukhori, yakni bab yang menjelaskan kebolehan marah dan geram dalam perkara menistakan Allah Swt.
Itu dari Al-Quran, sekarang kita lihat Hadist Rasul SAW bersabda:
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه و ذالك أضعف إيمان
"Barangsiapa yang melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya), jikalau tidak mampu maka dengan lisan, jikalau tidak mampu maka dengan (ingkar dalam) hatinya, dan itu adalah selemah lemahnya iman". (HR. Muslim 78, Ahmad 11460, Ibnu Hibban 307, Baihaqi 150).
Penghinaan terhadap Al-Quran jelas sekali adalah perbuatan Mungkar, jadi ya harus ditindak, bukan didiamkan. Umat Muslim Indonesia akan berdosa jika semua berdiam diri tanpa mengambil tindakan. Karena hadist ini menjelaskan bahwasanya hukum Hisbah adalah fardhu kifayah yang apabila tidak dikerjakan oleh seorangpun, maka semuanya berdosa. Maka seharusnya para Muslim Indonesia justru berterimakasih kepada para pendemo karena membantu mengugurkan kewajiban mereka, dan meninggikan agama Allah, bukan malah komentar negatif, dibilang tidak toleransi, anarkis, merusak bahkan mengotori.
Apabila tidak bisa membantu, janganlah berkomentar negatif, minimal bantu mereka dengan doa.
Jadi kepada kaum Liberal, yang mengatakan MUI mulai berpolitik, menjual agama untuk kepentingan politik, berfatwa untuk melengserkan minoritas, perlu diketahui, mereka adalah para ulama, bukan tukang koran, atau pembaca setia Google dan berfatwa dari kepala mereka. Mereka berfatwa dengan dalil Qur'an dan Hadits bukan belajar singkat dari internet, kalian itulah yang lebih mendahulukan akal kalian dari pada Allah dan Rasul, lebih meninggikan konstitusi dari pada Al-Quran dan Hadits, dan terlihatlah mana yang benar dan mana yang salah?
Sekarang kembali ke pengertian judul kita yaitu toleransi, sekarang apakah penistaan dan penghinaan ini termasuk hal yang harus ditolerir? Al-Quran dihina oleh orang kafir dan kita diam? Sebenarnya sikap diam tersebut adalah bentuk toleransi, ataukah disebabkan hilangnya ghirah agama? Saya pikir pembaca bisa menilainya sendiri.
*Penulis adalah Santri Pon.Pes Darullughah Wadda'wah dan mahasiswa Universitas Al-Ahgaff Yaman.

dibalik kegiatan pondok ramadhan FKPM

21.07

assalamualaikum 
sekilas kegiatan alumni SEROJA FKPM
pondok ramadhan 
ngomong opo to mas mas iki.. rupane serius



rupane waktune buko

eksis sek


gus nasir

pak lasianto





bidadari bidadarinya FKPM


eksis neh

macak sangar

kedatangan ketua fkpm tahun 2010



guya guyu

senyam senyum





iki pejuang e FKPM



iki alumni seng g isp move on









alumni iki paling kece






iki pol kece

iki kalian merencanakan sesuatu buat modus pagi








oppo iki??



kok gendong2an

rupanya mas ini sedih karena tim jagoannya kalah






diskusi

sekalian curhat

iki ngunu cuma ngeksis


awak e dewe yo diskusi


wes mulai ngantok 1


wes mulai ngantok 2

ngantok tapi iso senyum2


ngantok tapi iso senyum2

ngantok tapi iso senyum2



ngantok tapi iso senyum2



bubar bubar


muleh disek dadakno

iki nama e gita

sekian dulur.... semoga bermanfaat

Diberdayakan oleh Blogger.